KISAH SAHABAT MIKO
KISAH SAHABAT MIKO
Oleh:Andina Ardelia Faliha
Namaku adalah Miko. Aku punya seorang sahabat bernama Radit. Aku tak mengerti kenapa semua teman-temanku membenci dia? Padahal dia anaknya baik dan pintar? Mungkin karena ayahnya. Ya! ayahnya memang seorang tukang kebun. Tetapi apakah kita harus membenci radit karena pekerjaan ayahnya tersebut? Tentu tidak bukan? Namun aku sebagai seorang sahabat hanya bisa menyemangati dan mendukungnya.
"Kring… kring," suara lonceng sepedaku berbunyi, terlihat dari kejauhan Radit yang sedang berpamitan dengan Ibunya.
“Nak, ingat jangan dengarkan teman-temanmu yang senang mengejekmu, karena sebenarnya mereka tak tahu apa-apa,” ucap Ibu Radit.
“Baik bu…,” jawab Radit dengan senyum tipis dari bibirnya. Setelah berpamitan aku dan Radit pun berangkat ke sekolah.
“Nak, ingat jangan dengarkan teman-temanmu yang senang mengejekmu, karena sebenarnya mereka tak tahu apa-apa,” ucap Ibu Radit.
“Baik bu…,” jawab Radit dengan senyum tipis dari bibirnya. Setelah berpamitan aku dan Radit pun berangkat ke sekolah.
Sesampainya di sekolah, Radit langsung disambut dengan ejekan dari teman-temannya. Tetapi yang paling sering adalah Galang dan Alfin seorang anak dari pemilik sekolah tempat Radit belajar.
“Hey teman-teman ada anak seorang tukang kebun nih!!” ucap Galang.
“Kalau aku sih malu banget jadi anak tukang kebun,” sahut Alfin.
Dengan menghiraukan ucapan itu Radit terus melangkahkan kakinya dengan perjalanan yang membisu dan diiringi tatapan sinis dari teman-temannya. Miko yang berada tepat di belakangnya hanya bisa menarik nafas panjang dan mencoba menyemangati Radit.
“Radit, yang sabar ya dan tetap ingat nasihat Ibumu,” ucap Miko penuh semangat.
“Hey teman-teman ada anak seorang tukang kebun nih!!” ucap Galang.
“Kalau aku sih malu banget jadi anak tukang kebun,” sahut Alfin.
Dengan menghiraukan ucapan itu Radit terus melangkahkan kakinya dengan perjalanan yang membisu dan diiringi tatapan sinis dari teman-temannya. Miko yang berada tepat di belakangnya hanya bisa menarik nafas panjang dan mencoba menyemangati Radit.
“Radit, yang sabar ya dan tetap ingat nasihat Ibumu,” ucap Miko penuh semangat.
Radit hanya bisa menjawab dengan menganggukkan kepala dan dengan senyum tipis dari bibir manisnya. Melihat senyumnya, Miko merasa lega karena keadaan radit baik baik saja.
Setelah itu Miko menarik tangan Radit dan mengajaknya masuk kelas.
Setelah itu Miko menarik tangan Radit dan mengajaknya masuk kelas.
"Kring.....kring.."
Suara bel pun berbunyi itu tandanya pelajaran akan dimulai. Dari kejauhan terlihat pria tegap yang menuju kelas untuk mengajar Bahasa Indonesia yaitu Pak Anton. Pada pelajaran kali ini Pak Anton meminta tugas untuk dikumpulkan. Semua murid pun mengeluarkan tugasnya kecuali Radit yang terlihat kebingungan seperti sedang mencari buku tugasnya.
“Apakah bukunya tertinggal? Atau radit salah menjadwal mata pelajaran? Atau apa mungkin bukunya terjatuh?” pikir Miko yang ikut cemas dan kebingungan. Belum sempat Miko mecoba membantu Radit, Pak Anton sudah menghampiri Radit yang sedang sibuk mencari buku tugasnya.
“Apakah bukunya tertinggal? Atau radit salah menjadwal mata pelajaran? Atau apa mungkin bukunya terjatuh?” pikir Miko yang ikut cemas dan kebingungan. Belum sempat Miko mecoba membantu Radit, Pak Anton sudah menghampiri Radit yang sedang sibuk mencari buku tugasnya.
“Apa kau tidak mengerjakan tugas, Radit?” bentak Pak Anton dengan wajah kekesalan.
“Sudah, Pak, sudah, tetapi bukunya tidak ada,” jawab Radit dengan lirih.
Kepala Radit menunduk dan matanya melirik tajam ke Galang dan Alfin yang sedang tertawa cekikikan melihat Radit yang sedang dimarahi oleh Pak Anton. Dalam hati Radit seolah-olah memberontak sehingga nafasnya tidak teratur. Melihat semua itu Miko merasa semua pertanyaan pertanyaanya kini sudah terjawab, bahwa semua masalah yang dialami Radit sekarang adalah ulah Galang dan Alfin.
“Sudah, Pak, sudah, tetapi bukunya tidak ada,” jawab Radit dengan lirih.
Kepala Radit menunduk dan matanya melirik tajam ke Galang dan Alfin yang sedang tertawa cekikikan melihat Radit yang sedang dimarahi oleh Pak Anton. Dalam hati Radit seolah-olah memberontak sehingga nafasnya tidak teratur. Melihat semua itu Miko merasa semua pertanyaan pertanyaanya kini sudah terjawab, bahwa semua masalah yang dialami Radit sekarang adalah ulah Galang dan Alfin.
Sikap Galang dan Alfin terhadap Radit terus berlanjut hingga pada akhirnya sampai pada kejadian yang menjadi puncak kejailan mereka berdua. Kejadian itu terjadi ketika aku dan Radit sedang bermain kejar-kejaran. Karena sudah bel aku dan Radit bergegas ke kelas. Pada saat masuk, tiba-tiba kaki Alfin menghalangi langkah Radit. “Braakkk…” terdengar suara yaitu suara Radit yang terjatuh. Pada awalnya Galang dan Alfin tertawa terbahak bahak seolah olah misinya berhasil. Miko langsung terkejut melihat Radit yang terjatuh, lalu Miko langsung menghampiri Radit dan menanyakan keadaan Radit.bRadit hanya terdiam dengan mata terpejam seolah olah menjerit kesakitan, tangannya memegang erat pergelangan kakinya seolah-olah merasa dirinya tidak kuat lagi.
Semua teman-temanya mengerumuni Radit dan Miko. Melihat keadaanya yang semakin memburuk, wajah Galang dan Alfin menjadi pucat, langkahnya mulai mundur, raut wajahnya penuh ketakutan dan kecemasan. Hari tragis itu berakhir setelah Radit dibawa ke rumah sakit untuk diobati.
Keesokan harinya suasana di kelas menjadi sepi seperti masih terhanyut dengan kesedihan. Galang dan Alfin yang biasanya membuat keramaian di kelas juga hari ini hanya terdiam di pojok belakang kelas. Tak lama kemudian Miko datang ke kelas dengan wajah penuh amarah dan kesal. Tatapannya tajam menatap Galang dan Alfin. Tampak Pak Rahmat guru BK di sekolah itu yang berada tepat di belakang Miko. Galang dan Alfi semakin ketakutan. Keduanya semakin terpojokan dan akhirnya mereka berdua diseret menuju ruang BK oleh pak Rahmat karena kesalahanya itu.
Miko sebagai seorang sahabat kini merasa lega, karena akhirnya ia dapat melaporkan kelakuan Alfin dan Galang yang sudah membully teman-temannya. Karena kelakuanya telah merugikan orang banyak. Bahkan tak jarang dari mereka yang sering dibully harus tidak masuk sekolah karena tertekan dan ada beberapa yang pindah sekolah karena sudah tidak kuat menerima caci makian dari Galang dan Alfin.
Setelah satu minggu akhirnya Radit dapat masuk sekolah kembali. Pada hari itu pula untuk pertama kalinya Galang dan Alfin meminta maaf kepada Radit di depan semua teman-temanya. Dan pada hari itu pula menjadi hari terakhir bagi Galang dan Alfin karena mereka telah dikeluarkan dari sekolah sebab kesalahanya sudah tidak bisa diampuni lagi oleh pihak sekolah.
0 komentar: